Showing posts with label cooking. Show all posts
Showing posts with label cooking. Show all posts

Rawon


Kalo di itung-itung, sejak merit, aku masak hanya beberapa kali, itupun yang sukses cuma beberapa.. hum...kalo gak sukses sih, gak perlu di bahas...*malu-maluin*...hehehe... kalo rawon yang aku bikin tadi pagi ini, bisa di kategorikan sukses. Sekarang aku baru mengerti, kalo masak, lebih baik aku bertahan mengikuti resep daripada menciptakan masakan sendiri. Sejauh ini, hampir semua masakan yang aku bikin pake ilmu "kira-kira", sepertinya gagal semua....yeah, kalo di bilang gagal total si nggak, masih bisa di makan koq, cuma rasanya aja yang gak karuan... cocok lah buat sajian orang yang lagi mati rasa...whoa ha ha ha..

Anyway,
Niatku bikin rawon ini udah lama. Selain si Mas yang arek Malang (sekali-kali bikin senang suami..*giggles*), aku pun suka, keluargaku juga suka. Papaku dan Abang-abangku waktu di Malang, sibuk hunting rawon. Kalo di Jakarta pun, Papaku suka order rawon kalo di resto. Sebenarnya, kalo mau bikin rawon, banyak koq bumbu instant di supermarket. Bahkan ada istri teman Papaku, Tante Tris, yang sering bolak-balik ke Malang buat jenguk anaknya yang sekolah di sana, ngasih tau kalo di salah satu pasar di Malang (lupa namanya) ada yang jual bumbu rawon seger yang enak. Tinggal bawa ke Jambi, trus di freezer. Tapi, aku lebih suka kalo bikin sendiri bumbunya. Maklum, hasrat terpendamku pengen jago masak kayak Ibu-ku dulu. Walaupun malas masak, cita-citaku tinggi lho..hihihihi...

Akhir-akhir ini aku ngeliat si Mas makannya rada ogah-ogahan. Mungkin dia kangen masakan kampungnya kali (maklum, di rumah menunya Sumatra banget. Bosen dia..hehehehe). Kebetulan pas jalan ke supermarket, ketemu sama kluwek/kluwak. Aiih...padahal sempat persimis bisa bikin rawon sendiri, soalnya, di Jambi susah nyari kluweknya. So, aku langsung aja beli, supaya cita-cita bikin rawon buat si Mas segera terwujud. Apalagi aku baru beli buku yasaboga "Koleksi 120 Resep Masakan Sapi" waktu ke toko buku sama Papaku. Disitu ada resep rawon buntut, tapi kalo aku ganti dengan daging sapi biasa, rasanya gak masalah. Lagian, aku suka deh sama resep masakan Yasaboga, enak dan rasanya authentic banget. Dulu aku pernah nyoba bikin soto Tangkarnya...syedeeeeeppp. O ya, sekalian aku juga mau coba memanfaatkan slow cooker-ku untuk bikin rawon, siapa tau berhasil...(biasaaa..kalo lagi 'hot' sama satu barang, mau di pake teruus, sebelum bosen!).


Sempat ragu gimana caranya milih kluwek, jadi aku pilih berdasarkan insting aja *ehem*. Trus masalahnya sekarang, kluweknya diapaiiiinn??? hihihihi.... well, ini nih kesimpulan yang aku dapat setelah ngerusuhin teman-teman milis NCC yang ada di list BBM ku... pertama, pilih kluwek dengan digoyang-goyangkan, kalo bunyi, bagus. Kluwek yang segar, kalo di pecahkan, isinya kecoklatan dan sedikit benyek. Kalo udah lama, akan kering, keras dan ada yang menjadi bubuk. Setelah daging kluwek dikeluarkan, siram dengan air panas sebentar agar lunak. Buang air rendamannya, daging kluwek siap buat dihaluskan dengan bumbu lainnya. Simpel kaan??? well, kalo ngeliat aku tadi, gak ada simpelnya. Mulai bikin dapur heboh tiap kali aku ngegetok kluwek pake ulekan, kluweknya terlepas dari tanganku *aku takuuuuttt!*, jatuh dan berjalan ke semua penjuru dapur, sampe mengerahkan si Umi dan si Ibu yang nyuci di rumah buat "menggeledah" dapur nyari kluwek terbangnya. Setelah ketemu, malah bingung mesti diapain lagi...hahahaha...

Atas saran kak Ika, bumbu halusnya aku tumis hingga benar-benar matang. Lagian, aku gak suka banget aroma kluwek mentah. Gak enak. Tapi, setelah semua di tumis dengan bumbu lainnya, aromanya wangiiii. Dagingnya aku potong rada besar (jelas, harus ada beda dong rawon buatan ku sama beli di warung...hehehe), sekitar 2 x 2 cm lah. Trus di rebus sebentar di panci biasa supaya ada kaldunya. Kaldu daging itu aku saring dulu sebelum di gunakan, supaya bersih aja. Setelah bumbu selesai di tumis dan air kaldu selesai, semua aku campurkan kedalam slow cooker sambil di aduk rata. Perkiraanku akan memakan waktu lama, ternyata 2,5 jam aja dagingnya udah lembut. Mungkin karena di potong kecil kali ya. Aku tambahkan sedikit kaldu sapi bubuk supaya rasanya lebih nendang....wuiih uenaaakk...

Sayang, giliran aku bisa bikin rawon, Papa-ku malah baru dilarang dokter makan daging merah. Trus waktu si Mas makan siang, gak ngasih tau aku, jadi aku telat nawarin rawonnya, dia udah keburu makan yang lain....sediiiiiiihhhh banget...hiks! hiks! hiks!. Tapi senang lagi karena sorenya si Mas makan rawonnya banyak bareng kak Ika, Riri, Dea dan Tona...horeee.... Tadi rawonnya juga aku suruh si Muji (supir Bokap) nganterin ke rumah kak Ari biar bisa ngerasain juga. Alhamdulillah...komentarnya positif semua tuuuh. Gak sia-sia deh daku nanya kesana kesini cuma buat bikin rawon doank...hahahaha....


RAWON
Yasaboga

Bahan :
1 kg buntut sapi siap olah (aku pake 600 gr daging sapi, potong kotak kecil)
2 lbr daun salam
2 cm lengkuas, memarkan
1 btg serai, memarkan
4 lbr daun jeruk, sobek-sobek
1 sdm air asam yang ketal

Haluskan :
1/2 sdm ketumbar sangrai
5 bh kluwek, ambil dagingnya, rendam air panas, sisihkan air perendamnya
4 bh kemiri
4 bh bawang merah
3 siung bawang putih
2 cm kunyit cincang (aku sangrai sebentar)
2 sdt garam (secukupnya)
aku tambah 1 sdm kaldu sapi bubuk

Pelengkap :
Toge pendek
Daun kemangi dan ketimun segar
Kerupuk udang
Sambal bawang merah

Cara membuat :
Rebus kembali buntut dengan 1500 ml air baru bersama 1 sdt garam, serai, daun salam, daun jeruk dan lengkuas.

Tumis bumbu halus dengan 4 sdm minyak goreng hingga harum. Aduk-aduk dan tuangkan ke kuahnya. Masak kembali hingga seluruhnya matang, cairan kaldu lk.1000 ml dan daging buntut empuk.

Kalo aku, daging di rebus sebentar, saring airnya. Sisihkan. Lalu masukkan bumbu halus yang sudah di tumis ke dalam mangkuk slow cooker, bumbu yang di memarkan dan daun-daunan. Tuang air kaldu yang sudah di saring dan dagingnya. Aduk rata. Masak dengan slow cooker suhu 'high' selama 1 jam, lalu turunkan suhu ke 'low' selama 1,5 - 2 jam. Sajikan.

Nasi Minyak



Nasi minyak bisa dikatakan udah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jambi. Terutama di kota Jambi sendiri. Waktu kecil dulu, aku suka sekali kalo Ibuku bawa aku ke acara yang ada nasi minyaknya. Aku akan bisik-bisik ke Ibuku supaya nasiku di tambah...gak heran, dari kecil aku emang gembul koq...hihihihi... Biasanya nasi minyak di sajikan di acara-acara penting, seperti akikah, sunatan hingga pernikahan. Temannya nasi minyak, paling umum adalah kari, tapi di acara-acara hajatan, tentu saja tidak sekedar di sajikan dengan kari dan sambal nenas seperti di warung, tapi ada malbi, rendang, sambal goreng kacang panjang, dan acar ketimun, komplit dah! Pendampingnya tergantung daerahnya, di kampung Papaku di Matagual, pake daging masak itam (mesti belajar nih!). Kalau datang ke acara di seberang kota Jambi, aku suka makan nasi minyak dengan tepek ikan khas daerah itu....humm...yum! yum! (masih nunggu teman yang orang seberang minta resep tepek ikan dari nyokapnya...hihihihi).

Kalau di rumahku, urusan nasi minyak selalu diserahkan ke Mudo Tarmizi (Mudo=Paman), beliau masih keluarga Papaku. Udah dari jaman aku SD, Ibuku hanya percaya dengan mudo Mizi (panggilan beliau) untuk nasi minyaknya. Tiap ada acara, mudo Mizi selalu dipanggil ke rumah. Sudah ada tungku dan panci besar yang disiapkan khusus untuk bikin nasi minyak ini. Dengan gesitnya, mudo Mizi udah belanja bahan dan menyiapkan kayu bakarnya. Begitu pula kalau keluargaku bikin acara di dusun, mudo Mizi-pun akan di bawa serta beserta peralatannya. Walaupun sejak Ibuku udah gak ada, kami mulai memakai jasa catering (kalo dulu Ibuku selalu masak sendiri, berapapun jumlah tamunya *love you Bu!*), kami hanya pesan lauk pauk saja karena untuk nasi minyak, hingga kini masih dibuat oleh mudo Mizi di samping rumahku. Nasi minyak ada beberapa versi, ada yang warnanya kuning, ada yang kemerahan dan ada yang kecoklatan. Nasi minyak buatan mudo, termasuk yang berwarna kecoklatan. Aku dan abang-abangku selalu merasa nasi minyak buatan beliau memang yang paling enak.

Di hari-hari tertentu seperti pembukaan ataupun penutupan pengajian, juga pada hari besar Islam (seperti maulid Nabi Muhammad dan Isra' Mi'raj), acara pengajian di rumah menjadi lebih panjang karena penceramahnya akan lebih dari satu orang. Hidangannya pun akan beda dari biasanya. Di hari itu, yang di sajikan yaitu nasi minyak dan lauk pauknya. Begitu pula hari Selasa lalu, karena udah mau puasa, pengajian di rumah ditutup sementara, dan akan di buka lagi setelah lebaran nanti. Mudo Mizi sudah diberi tahu jauh-jauh hari (kebetulan beliau aktif di pengajian juga) untuk membuat nasi minyak, katering juga sudah di hubungi. Aku, abang-abangku dan ipar-iparku diwanti-wanti oleh Papaku untuk bantu-bantu di hari penutupan itu. Karena seperti biasanya, tiap kali penutupan ataupun pembukaan pengajian, peserta pengajian yang hadir akan lebih banyak dari biasanya. Saat begitu, Papaku paling alergi kalau makanan kurang. Dia bisa bete berat kalo ada tamu yang tidak kebagian makanan.

Ternyata, jumlah jamaah yang datang melebihi perkiraan. Biasanya berjumlah ratusan orang, di acara penutupan Selasa lalu jauh melampaui angka seribu orang. Alhamdulillah, tentu saja ini merupakan berkah untuk keluargaku. Di tengah-tengah acara, mudo Mizi diajak kak Ika keluar untuk melihat jumlah tamu yang membludak, karena sepertinya pesediaan nasi tidak mencukupi, mudo minta tambah 3 karung beras lagi yang tinggal di jemput di toko milik keluargaku. Untuk tambahan lauknya, cukup dibeli dari beberapa rumah makan. Alhamdulillah, hingga akhir acara, baik nasi maupun lauk-pauk, cukup untuk semuanya. Salut banget sama mudo Tarmizi yang sempat masak nasi putih dari 3 karung beras (60 kg) yang selesai tepat saat waktunya makan.

Selesai acara, aku dan kak Ika ngebayangun sepertinya asik juga kalo bisa bikin sendiri. Tentu saja, bukan untuk skala besar seperti mudo Mizi (kalo itu, ya jelas gak gampang, karena teknisnya pasti beda), tapi untuk di kosumsi di rumah aja, kalo lagi kangen nasi minyak. Kita sepakat buat nanya langsung sama ahli-nya, ya mudo Tarmizi sendiri. Hari Kamis pagi, waktu aku dan kak Ika ngobrol di ruang tengah, mudo Mizi-pun muncul, ikutan ngobrol bareng. Kak Ika langsung nanya resep nasi minyak. Ternyata mudo gak pelit resep, beliau langsung nyebutin bahan-bahan dan caranya yang langsung di catat sama kak Ika. Tapi karena mudo biasa bikin dalam jumlah banyak, resepnya pun per-20 kg-an. Kita sempat ketawa geli ketika mudo bingung menjelaskan soal takaran, banyak yang sulit untuk di tebak jumlah pastinya. Misalnya, untuk garam, mudo pake ukuran genggam, tentu saja ukuran genggaman tangan mudo Mizi sendiri, dengan polosnya mudo menerangkan kalo genggamannya keatas, bukan genggam kebawah karena nanti jumlahnya akan beda...hahahahaha....

Mendengar suara kami, Papaku keluar dari kamar, ikutan duduk dan mulai bicara soal persiapan penutupan pengajian di dusun hari Jum'at lalu. Sayang banget mudo Mizi hari Jum'at itu udah di-booking buat masak di acara orang lain. Semula Papa minta aku dan kak Ika belanja bahan untuk di masak di dusun. Tapi karena jalan sedang jelek-jeleknya, biasanya ke dusun cuma 2 jam, sekarang bisa hampir 4 jam, khawatir bahan mentahnya gak akan segar lagi sampai di sana. Papa setuju lauknya di masak di rumah Jambi aja, lalu di masukkan ke termos-termos besar (Ibuku punya buanyaaaak termos gede, lihat hasil bongkar gudangku di sini). Kata mudo, Ibuku dulu juga pernah begitu, jadi keluargaku yang di dusun cuma masak nasi putih dan nyiapin piring-piring saji saja (di sana, gak pernah prasmanan, selalu di sajikan). Mudo-pun setuju untuk membantu memasak kari yang jadi salah satu lauknya, nanti akan di antarkan ke rumahku Jum'at pagi (kari made-in mudo Tarmizi enak juga lho..).

Hari itu juga aku, kak Ika dan mudo Tarmizi pergi belanja bahan di pasar Angso Duo. Di perjalanan mudo Tarmizi lanjut bercerita tentang pembuatan nasi minyaknya. Untuk bumbunya, mudo menyebutnya "bumbu laut'. Tinggal bilang ke tukang bumbu berapa jumlah beras yang akan dimasak, nanti di buatkan oleh yang jual. Aku sempat lesu karena kalo bumbunya di giling, hopeless dah buat tau campuran bumbunya. Ternyata kata mudo bumbunya utuh, cuma di campur saja, nanti di hancurkan sendiri. Sampai pasar, aku dan kak Ika ogah turun dari mobil. Lha di dalam mobil aja, bau pasarnya udah menyengat banget, belom lagi keliatan becek di sana sini. Pasar Angso Duo ini pasar terbesar di Jambi, tapi udah tua bangeeeet. Terkesan kotor dan baunyaaa...ampun dah. Makin lama makin gak teratur aja. Gak sabar ngeliat pasar ini pindah ke tempat yang layak (udah lama banget cerita pindahnya tapi blom pindah-pindah juga). Ibuku dulu suka belanja di pasar ini, karena apa aja ada, seperti one-stop-shoppinglah...hihihihi... Syukurlah mudo Mizi langsung menawarkan diri buat turun sendiri, jadi kita berdua nunggu di mobil aja, sementara mudo yang belanja belanji...whoa ha ha ha ha...

Mudo Tarmizi ternyata gak cuma beliin kita bumbu laut aja, tapi lengkap dengan minyak sayur, minyak samin, susu dan saos tomatnya sekalian supaya bisa langsung belajar bikin...hahahaha... abis belanja, aku dan kak Ika ke seberang kota nganter mudo Mizi pulang ke rumahnya. Sampai di rumah, gak sabar aku dan kak Ika buka bungkusan "bumbu laut" yang di beli tadi. Bumbu yang di beli untuk 20 kg beras. So, rempah yang udah di campur, kita pisahkan berdasarkan jenisnya, di timbang, lalu di catat. Semua bumbu dibagi 4 (untuk ukuran 5 kg beras), termasuk jumlah minyak samin-nya. Kemarin, kak Ika datang bawa sebaskom nasi minyak buatannya. Rasanya udah mirip dengan buatan mudo Tarmizi (ya gak mungkin sama lah, kan tangannya beda). menurutku udah enak koq. Tapi karena kak Ika pake beras pulen yang ada di rumahnya, nasi minyaknya terasa agak terlalu lembut. Memang saat memberikan resep, Mudo spesifik sekali menyebutkan merk "beras anggur" untuk nasi minyaknya. Aku gak tau di luar Jambi ada apa tidak beras anggur, tapi untuk gambaran, beras anggur ini kalo di masak, gak terlalu nempel satu sama lainnya. Lembut tapi tetap bisa di hambur *bingung nyari kata yang tepat* kira-kira begitulah....

 Ngeliat keberhasilan kak Ika bikin nasi minyak kemarin, aku pun jadi penasaran pengen nyoba bikin sendiri juga. Karena kak Ika bikin 5 kg, dan hasilnya banyak banget, bumbu yang sudah di hitung untuk 5 kg beras, aku takar ulang sehingga pas untuk 1 kg beras saja. Saat lagi asik-asiknya ngitung-ngitung bahan siang tadi, mudo Mizi mampir kerumah. Kebetulan taman samping sedang di perbaiki, mudo aku ajak ngeliat tukang yang sedang kerja. Mudo langsung nanya dimana tempat dia masak nasi minyak nantinya. Tukang pun menjelaskan kalau nanti akan di bikin tungku permanen yang bulat untuk panci masak mudo Tarmizi yang gedeee banget! Mendengar akan ada tungku, mudo Tarmizi menolak di buatkan tungku tertutup. Beliau minta dibuatkan tungku biasa saja. Alasannya, kalau tungku biasa, apinya bisa di atur. Saat nasi siap untuk di tanak, kayu apinya akan di tarik keluar unuk mendapatkan api yang sangat kecil. Omongan mudo ini aku ingat-ingat, sehingga pas aku nyoba bikin sore tadi, aku menggunakan api yang sangat kecil untuk menanak nasi.

Untuk proses pembuatannya, mudo cerita kalau beliau menggunakan cara pembuatan yang beda dari biasanya. Misalnya, kalau di tempat lain bumbu lautnya digiling halus dan dimasak dengan nasi, sementara kalo versi mudo Tarmizi ini, bumbunya ditumbuk kasar, di rebus hingga mendidih, ampasnya dibuang dan yang di gunakan adalah airnya saja. Di bantu kak Ika, sore tadi mulailah aku bikin nasi minyak. Proses pembuatannya sebenarnya sederhana banget, apalagi kalau gak banyak. Yang perlu di perhatikan saat beras di aron, pada tahap ini, beras harus diaduk terus menerus supaya bumbunya rata dan tidak lengket di panci. Setelah adonan di aron, tutup panci rapat-rapat, sambil sesekali diaduk-aduk hingga nasi tanak. Mulai dari menumis bumbu hingga menanak nasi, cukup menggunakan 1 buah panci saja. Saat beras mulai diaron, api nya cukup kecil saja. Menggunakan panci yang beralas tebal merupakan syarat mutlak agar matangnya rata dan tidak mentah. Setelah matang, sajikan dengan taburan bawang goreng. Sayang, aku tadi udah terlalu capek bikin nasi minyak (sambil nonton dvd rame-rame siih...hihihihi) jadi udah gak sanggup bikin kari. Bawang goreng pun juga lupa di siapin. Untung deh, ada ayam goreng dan rendang buatan si Umi untuk persiapan sahur nanti udah matang. Yummeee!!! Fotonya pun ngebut, karena udah mau berangkat tarawih bareng (Papaku, si Mas, bang Riri, Kak Ika, Dea, Tona, dan keponakannya Icha). Besok udah puasa, cihuy!

Ini resepnya ya...

NASI MINYAK
Bahan :

1 kg beras (jangan gunakan beras yang pulen)
60 gr minyak samin
6 sdm minyak sayur
5 btr bawang merah, iris
5 btr bawang merah (untuk dihaluskan)
5 btr bawang putih
1 ruas jahe (lk. 3 cm)
100 gr saus tomat
1 btr tomat, iris kasar
3 btg daun bawang, iris
1/2 - 1 sdt bumbu kari bubuk (sesuai selera)
10 btr merica hitam (ini tambahan dari aku aja)
600 ml air
100 ml susu cair
1 sdm kaldu sapi bubuk
1 sdm garam (sesuaikan)
1 sdt gula (susuaikan)
Beberapa lembar daun kari



-----> giling halus bawang merah, bawang putih dan jahe


Bumbu yang di tumbuk kasar (bumbu laut) :

4 bunga lawang (pekak)
14 btr kapulaga putih
10 btr kapulaga hijau
1 biji pala
12 btr cengkeh
1 sdm adas manis
2 bunga pala kering (aku gak pake)

Caranya :

Didihkan air bersama bumbu yang dihancurkan kasar, (dan merica hitam bulat) biarkan hingga benar-benar mendidih (gunakan api sedang saja), saring, ambil airnya saja, sisihkan.
  • Dalam panci yang beralas tebal, panaskan minyak sayur dan minyak samin. Masukkan bumbu halus, bumbu kari dan bawang merah iris. Masak hingga bawang kekuningan.
  • Masukkan tomat, aduk. Tambahkan saus tomat dan separuh air yang sudah di bumbui tadi (agar saus tomat tidak mengering dan lengket). Aduk.
  • Masukkan garam, kaldu bubuk, bumbu kari dan gula. Aduk-aduk hingga larut. Setelah mendidih, masukkan sisa air, susu daun kari dan daun bawang, aduk hingga mendidih dan tomat terlihat mulai hancur.
  • Kecilkan api, masukkan beras yang telah di cuci, aduk hingga rata. Aduk terus hingga beras aron. Tutup rapat, sambil sesekali di aduk, hingga nasi matang.

PS : Jumlah air, sesuaikan dengan jenis beras. Kalau beras yang pulen, tentu airnya harus sedikit dikurangi agar nasi tidak terlalu lembek. Apabila nasi masih terasa mentah, namun nasi sudah mengering, boleh di tambahkan air sedikit-sedikit sambil diaduk. Gunakan api kecil agar nasi benar-benar tanak.

Ayam Lemon


Sebelum telat, mesti buru-buru setor laporan buat ikutan Chinese Food Week-nya milis NCC tercinta nih. Apalagi udah bertebaran resep-resep Chinese food setoran teman-teman, waaah, tambah semangat mesti nyobain masak juga. Apaaaa??? Masaaaak??? hahahaha...yep! kali ini aku pilih masakan, walaupun aku malas banget kalo disuruh masak. Abisnya, nyiapin bahan aja udah ribet gitu, blom lagi aku suka bingung nentuin asin manis-nya. Tapi kalo masakan Chinese kan beda, bikinnya lumayan praktis, tapi rasanya enak-enak lho. Ini salah satu jenis makanan favoritku, apalagi restoran Cina emang ada hampir di seluruh dunia (masih kebayang, aku cuma bengong aja ngeliat Chinese resto di Lahore yang dibanjiri pembeli..hihihihi). Dulu jaman kuliahan, dikulkas udah tertempel menu dari resto Cina langganan. Selain delivery-nya cepat, harganya-pun murah. Kalo untuk rasa, jangan di tanya deh, udah pasti uenak apalagi kalo ayam schezuan-nya pake nasi hangat....hajaaaarrr...

Nah, buat Chinese Food Week, aku pilih Ayam Lemon. Kebetulan semua bahannya ada di rumah. Biasaaa....punya stok lemon banyak buat diminum pake air putih setiap pagi...*mestinya*... Resepnya aku ambil dari buku Masakan Cina Populer-nya Yasaboga. Aku dapat bukunya waktu beres-beres barang-barang peninggalan Almarhum abang Sadatku dulu. Dia emang suka banget masak sendiri selama di rantau, kalo pulang ke Indonesia, ya suka beli-beli buku masakan gitu. Bukunya aku simpan karena dikasih nama sama bang Sadat. Senang deh, akhirnya datang juga kesempatan buat nyobain resep-resepnya. Apalagi rata-rata resepnya mudah buat dibikin. Alfatihah buat abangku ya...*hug*



Pagi tadi, mulai deh aku potong-potong ayam. Tinggal campur bahan-bahannya, udah siap buat di goreng. Dalam campurannya, aku tambahkan bawang putih bubuk, selain untuk memperkaya rasa, kebetulan juga aku punya, biar abis maksudnya...hehehe... setelah itu langsung goreng. Alhamdulillah kali ini urusan goreng menggorengnya gak pake lari tunggang langgang, semua berjalan lancar...hahaha... Bikin sausnya juga cepat. Di resep memang tertulis menggunakan 3 buah lemon, tapi aku kebayang pasti asem banget soale lemon yang aku punya gede-gede, so aku pake 2 butir aja. Jumlah gulanya pun aku tambah untuk mengimbangi kecutnya lemon. O ya, gak sia-sia deh aku dibikinin si Mas kebun mini di samping rumah. Aku nanam kunyit, jahe, basil, kencur, kemangi...pokoknya macam-macamlah. Semua ditanam di dalam pot. Jadi tadi, pas butuh jahe, aku tinggal ambil. Suka ih!..hihihihihi...

Setelah selesai, aku cicipi ayamnya dulu...humm..enak deh, so tasty! trus aku celupin ke sausnya, pertama terasa asamnya lemon, lalu terasa manis dan segarnya... I like it!!! Kayaknya, pada dasarnya ini seperti saus asam manis, tapi karena asamnya diganti lemon, jadinya lebih segar. Untuk ayamnya, selain saus lemon kayaknya juga bisa dikasih saus macam-macam buat nambah varian lauk. Pokonya, resep ini bakalan jadi andalan aku deh kalo kepepet mesti masak.

Ini resepnya yaaa....



Yasaboga

Bahan :

2 bh dada ayam
1 sdm kecap ikan ---> aku pake kecap asin biasa
1/4 sdt merica bubuk
1 btr putih telur, kocok
2 sdm tepung maizena
---> aku tambah 1/4 sdt bawang putih bubuk

Campur semua bahan diatas.

Saus :

3 bh jeruk lemon, ambil airnya-->aku hanya pake 2, karena lemonnya besar
1 sdt jahe muda parut
1 sdm jahe iris bentuk korek api
250 cc kaldu ayam
2 sdm gula pasir ---> aku 4 sdm
1 sdm daun bawang iris halus
1 sdm tepung maizena dicairkan dengan sedikit air

Caranya :

  • Goreng irisan daging ayam satu persatu hingga kecoklatan, tiriskan.
  • Campurkan air jeruk lemon, jahe parut, irisan jahe dan kaldu, didihkan. Masukkan gula dan ketalkan dengan tepung maizena, masukkan gorengan ayam dan daun bawang. Angkat dari api. Sajikan.
PS : Saranku, untuk mendapatkan keasaman yang pas, sebaiknya air lemon dimasukkan sedikit-sedikit sambil dicicipi. Sebelum maizena di masukkan, saus masih bisa di utak atik, bisa di tambah air lemon atau pun gula sesuai selera. Setelah terasa pas, baru masukkan maizena yg telah di larutkan dengan air.